Sabtu, 15 Juni 2019
Awal Mula Bisnis Konveksi di Indonesia
vido garment
Juni 15, 2019
bisnis konveksi adalah
,
garment adalah
,
konveksi adalah
,
perusahaan konveksi adalah
Tidak ada komentar
:
Bisnis adalah
salah satu jenis bisnis yang cukup populer di Indonesia. Tersebar hampir di
setiap daerah. Kepopuleran bisnis konveksi utamanya adalah disebabkan karena
dua hal. Pertama, karena produk yang dihasilkan oleh industri konveksi,
yaitu pakaian merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, maka market
untuk bisnis konveksiakan selalu ada. Pangsa pasar yang
jelas, membuat tidak sedikit orang yang berusaha memaksimalkan potensi
dari bisnis konveksi.
Yang kedua, bisnis konveksi menjadi populer karena entry barrier untuk bisa memulai bisnis ini tidak terlalu besar. Seseorang bisa memulai sebuah bisnis konveksi dengan hanya bermodalkan dua atau tiga buah mesin jahit. Dan mesin jahit, adalah salah satu mesin produksi termurah. Tidak seperti mesin-mesin produksi di industri lainnya yang harganya bisa mencapai ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah, seseorang bisa membeli mesin jahit hanya dengan harga ratusan ribu rupiah saja. Seseorang bisa memulai berbisnis konveksi dari garasi rumahnya yang luasnya hanya beberapa meter persegi saja, tidak perlu membuat pabrik yang luasnya ratusan atau ribuan meter persegi. Karena entry barrier yang tidak terlalu besar inilah tidak sedikit orang yang berani mencoba berbisnis konveksi.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang bisnis konveksi, mari kita mengidentifikasi dan mendefinisikan terlebih dahulu tentang bagaimana dan apa sebetulnya bisnis konveksi itu. Kalau anda membaca literatur-literatur bisnis, maka anda TIDAK akan menemukan sebuah bisnis bernama “bisnis konveksi”. Secara teori, tidak ada yang namanya bisnis konveksi. Tapi di Indonesia, “bisnis konveksi” eksis.
Dalam sebuah proses manufaktur garment, terdapat suatu proses di mana kain (barang setengah jadi) diubah menjadi pakaian siap pakai. Proses mengubah material setengah jadi menjadi pakaian terdiri dari 3 bagian besar, yaitu proses memotong (Cutting) sesuai dengan pola pakaian, proses menjahit (Making), dan proses merapikan (Trimming)– memasang kancing, memberikan bordir, dsb. Dalam industri konveksi, proses inilah yang dikerjakan. Populernya, orang menyingkatnya menjadi CMT alias Cut, Make, and Trim. Lalu apa yang membedakan bisnis “konveksi” dan bisnis “garment”? Apakah dari skala produksinya? Luas wilayah produksinya? Orientasi penjualannya? Atau alasan lainnya?
Dilihat dari proses produksi, ada sedikit perbedaan antara bisnis “garment” dengan bisnis “konveksi”. Di pabrik garment, proses produksi dilakukan berdasarkan jenis proses. Misalnya, ketika sedang proses menjahit (membuat) kerah baju, maka satu pabrik (seluruh pekerja) akan membuat kerah. Kemudian, ketika proses memasuki tahapan menyambung lengan dengan body baju, maka seluruh pekerja akan menjalankan proses tersebut. Demikian seterusnya.
Sedangkan di pabrik konveksi, proses produksi dilakukan secara keseluruhan oleh tiap-tiap operator jahit. Satu orang operator akan menjahit satu baju mulai dari menjahit kerah, lengan, dan seterusnya sampai menjadi satu pakaian utuh. Baru setelah menjadi satu pakaian utuh, mereka menjahit potongan kain berikutnya menjadi satu pakaian utuh lainnya.
Paparan di atas menjelaskan, bagaimana proses produksi dalam bisnis konveksidilakukan. Selanjutnya, kita akan membahas tentang terminologi bisnis konveksi itu sendiri. Sebetulnya, “konveksi” merupakan cara bagi pabrik-pabrik garment untuk menyelesaikan pesanan yang diterimanya, jika pesanan tersebut tidak mungkin dikerjakan atau secara ekonomis sudah tidak efisien lagi untuk dikerjakan. Pesanan tidak mungkin dikerjakan, misalnya karena pabrik garment tersebut sudah sedang running sebuah proses produksi, dan tidak mungkin dihentikan hanya untuk mengerjakan satu pesanan yang berbeda. Sedangkan yang dimaksud tidak ekonomis, misalnya, karena margin keuntungan yang bisa diperoleh terlalu kecil, sedangkan pabrik garment tersebut sudah terlanjur menandatangani kontrak produksi dengan si pemesan. Margin keuntungan mengecil bisa disebabkan karena keputusan pemerintah untuk menaikkan harga energi atau upah minimum pekerja.
Pesanan-pesanan seperti ini, kemudian disubkontrakkan atau “dikonveksikan” kepada pemanufaktur-pemanufaktur kecil. Pemanufaktur-pemanufaktur kecil ini kemudian dibina oleh pabrik garment. Pabrik garment memberikan pembinaan mulai dari cara memotong yang benar, melakukan proses QC sesuai dengan standard mereka, dst. Pemanufaktur-pemanufaktur kecil inilah yang kemudian disebut sebagai “konveksi”. Dari sinilah awal mula lahirnya “bisnis konveksi” di Indonesia.
Meskipun bisnis sejenis konveksi ini sebetulnya sudah eksis sebelum industri garment masuk ke Indonesia. Hanya saja, jika kita meniliknya dari sudut pandang nama “konveksi”. Maka demikianlah alasan penyebutan nama “bisnis konveksi”.
Cara Mengembangkan Bisnis Konveksi
Saat ini, bisnis konveksi menjadi trend di kalangan pebisnisnya. Permintaan akan produk ini akan terus mengalir baik di dalam partai kecil maupun besar, Misalnya order dalam komunitas-komunitas tertentu, seragam sekolah, baju karyawan, sampai order baju partai untuk kepentingan pemilihan umum .
Ada beberapa hal yang harus dimiliki agar bisnis konveksi dapat berkembang dengan baik :
1. Ketekunan
Ketekunan adalam faktor penting keberhasilan dalam suatu usaha. Hal ini banyak dialami oleh para pengusaha konveksi yang saat ini sudah sukses. Para pengusaha tersebut pada awalnya membuka konveksi skala kecil, Secara bertahap, usaha kecil ini berkembang pesat menjadi perusahaan besar. Kuncinnya adalah ketekunan dan membangun relasi yang kuat dengan pelanggan
2. Modal
Selain ketekunan, modal tidak kalah penting saat mengembangkan usaha konveksi. Sebuah usaha konveksi belum bisa menerima order dalam jumlah besar jika modalnya kurang atau belum ada. Hal ini mengakibatkan usaha konveksi ini tidak bisa bersaing dengan perusahaan konveksi lainnya karena belum dapat mencukupi permintaan dalam jumlah besar. Jadi, modal sangat menentukan dalam hal ini
Salah
satu usaha yang tak pernah lesu dan selalu bisa bertahan dari berbagai kondisi
ekonomi bangsa adalah usaha konveksi, karena merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia. Usaha konveksi ada beraneka ragam, misalnya usaha konveksi
pakaian anak-anak, konveksi tas dan dompet, usaha konveksi berupa pembuatan
topi, kerudung, kaos gaul, dan sebagainya.
Usaha
konveksi mirip dengan industri garment, namun menurut pendapat beberapa
pengusaha, usaha konveksi sedikit berbeda dengan usaha garment. Pada usaha
garment (contohnya pakaian kantoran) masing-masing kelompok kerja mengerjakan
sub bagian tertentu.
Ada tim
kerja yang khusus membuat kerahnya, ada yang khusus mengukur dan memotong kain,
ada bagian yang spesial menjahit (merakit), dan ada kelompok yang bertugas pada
bagian akhir (merapikan / menyeterika). Sedangkan pada usaha konveksi, setiap
orang (tim) bertugas menyelesaikan secara menyeluruh yang disebut dengan
istilah CMT (Cutting, Making, Trimming) yaitu mulai dari memotong/ mengukur,
membuat, dan merapikan. Untuk anda yang berniat akan mencoba keberuntungan
dalam dunia fashion (konveksi), ada beberapa hal yang perlu anda ketahui:
1. Penentuan Jenis Usaha Konveksi
Sebelum anda memulai usaha konveksi, ada baiknya anda meriset (survey) atau menduga-duga terlebih dahulu jenis konveksi apa yang akan anda bangun. Apakah anda akan buat khusus baju anak-anak saja, kaos gaul, pakaian kantor, konveksi topi, tas, dompet, baju model terbaru, atau menggabungkan beberapa diantaranya. Sesuaikanlah dengan target konsumen yang berpotensi mendatangkan untung besar di wilayah anda.
Sebelum anda memulai usaha konveksi, ada baiknya anda meriset (survey) atau menduga-duga terlebih dahulu jenis konveksi apa yang akan anda bangun. Apakah anda akan buat khusus baju anak-anak saja, kaos gaul, pakaian kantor, konveksi topi, tas, dompet, baju model terbaru, atau menggabungkan beberapa diantaranya. Sesuaikanlah dengan target konsumen yang berpotensi mendatangkan untung besar di wilayah anda.
2. Persiapan Modal Usaha
Dalam membangun bisnis konveksi, anda harus memeprsiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Yang pertama dipersiapkan tentunya tempat kerja usaha konveksi. Luas bangunan tergantung jumlah mesin dan kapasitas usaha konveksi anda. Selanjutnya membeli peralatan dan bahan konveksi, antara lain:
Dalam membangun bisnis konveksi, anda harus memeprsiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Yang pertama dipersiapkan tentunya tempat kerja usaha konveksi. Luas bangunan tergantung jumlah mesin dan kapasitas usaha konveksi anda. Selanjutnya membeli peralatan dan bahan konveksi, antara lain:
§
Mesin
jahit, misalnya 4 buah (@ Rp. 1.000.000
§
Sewa
tempat / gudang (harga nego)
§
Beli
bahan konveksi (kain, kancing, benang, dsb) dengan jumlah modal tergantung
besar kecil usaha anda (bagi pemula biasanya kurang lebih Rp.10.000.000,-)
§
Beli
peralatan tambahan (jarum, gunting, pensil kain, dsb = Rp. 1.000.000)
§
Biaya
gaji karyawan (nego)
§
Biaya
transportasi untuk pengiriman ke pelanggan
§
Uang
cadangan (biaya tak terduga)
§
Adapun
peralatan tambahan lainnya dalam bisnis konveksi adalah mesin overdeck, mesin
obras, mesin potong, mesin bordiran, dan peralatan sablon, serta setrika.
3. Ciptakan Ide Kreatif
Agar anda sukses dalam bisnis konveksi, anda harus punya ide yang unik, kreatif, dan menarik. Contohnya kaos dagadu jogja dan joger di Bali, yang khusus memproduksi kaos-kaos gaul dengan sablonan kata-kata dan gambar yang lucu dan unik. Atau ketika lagu Keong Racun ngehits, ada pengusaha konveksi yang menciptakan celana / rok keong racun.
Agar anda sukses dalam bisnis konveksi, anda harus punya ide yang unik, kreatif, dan menarik. Contohnya kaos dagadu jogja dan joger di Bali, yang khusus memproduksi kaos-kaos gaul dengan sablonan kata-kata dan gambar yang lucu dan unik. Atau ketika lagu Keong Racun ngehits, ada pengusaha konveksi yang menciptakan celana / rok keong racun.
Baju
Monahara diproduksi tatkala di media massa tengah gencar gosip Manohara (mantan
istri Pangeran Klantan Malaysia). Untuk model fashion terbaru, bisa anda lihat
pakaian artis-artis sinetron sebagai panduan inspirasinya. Ide kreatif dalam
model dan pola akan mampu menjadikan anda sukses, punya brand bagus, bahkan
mungkin bisa menjadikan trendsetter, khususnya di wilayah anda.
4. Persiapan Pemasaran
Ada baiknya sebelum anda membangun usaha konveksi, anda telah mempunyai koneksi untuk memasarkan produk anda, misalnya teman-teman yang bekerja di salah satu perusahaan, keluarga yang kerja di sekolah (pakaian seragam), atau toko-toko baju di wilayah anda.
Ada baiknya sebelum anda membangun usaha konveksi, anda telah mempunyai koneksi untuk memasarkan produk anda, misalnya teman-teman yang bekerja di salah satu perusahaan, keluarga yang kerja di sekolah (pakaian seragam), atau toko-toko baju di wilayah anda.
Atau
jika anda ingin membangun bisnis konveksi dengan prinsip one stop bussines,
anda harus menciptakan produk sendiri, merk sendiri, dan punya toko sendiri.
Selain melalui teman dan keluarga, anda bisa memasarkan produk fashion anda
melalui penyebaran pamflet, beriklan di surat kabar dan radio, dan yang paling
trend saat ini adalah memanfaatkan jejaring sosial (misal facebook dan
tweeter).
5. Mengelola Usaha
Kelolalah bisnis anda secara profesional, mulai dari penanganan produk, manajemen karyawan, hingga servis ke konsumen. Ingatlah prinsip pembuatan produk: “Mutu adalah Ratu”. Ikutilah trend yang sedang digemari dan modifikasilah untuk membuatnya lebih menarik.
Kelolalah bisnis anda secara profesional, mulai dari penanganan produk, manajemen karyawan, hingga servis ke konsumen. Ingatlah prinsip pembuatan produk: “Mutu adalah Ratu”. Ikutilah trend yang sedang digemari dan modifikasilah untuk membuatnya lebih menarik.
6. Kendala dalam Usaha Konveksi
Dalam membangun usaha konveksi di Indonesia, ada beberapa kendala yang dialami, antara lain:
Dalam membangun usaha konveksi di Indonesia, ada beberapa kendala yang dialami, antara lain:
§
Mutu
produk tekstil dan pakaian jadi di Indonesia umunya masih belum mampu menembus
pasar global, namun beberapa diantaranya sudah dipercaya oleh perusahaan luar
negeri.
§
Adanya
serbuan produk murah dari negara tetangga, seperti pakaian jadi dari negara
China (namun kualitas masih rendah)
§
Masih
kalah dengan merek internasional (namun produk tersebut harganya mahal)
§
Perubahan
yang cepat dalam trend busana, terkadang membuat para pengusaha
konveksi/garment bisa mengalami kerugian karena terlambat memasuki pasar,
sementara kepopuleran produk tersebut sudah mulai memudar di mata konsumen.
§
Pengaturan
tata niaga dalam pembagian kuota ekspor konveksi menurut beberapa produsen
masih belum bagus.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar